Jumat, 15 Oktober 2010

Keindahan Pulau Nami Dibalik Drama Winter Sonata

 
“Welcome in Naminara Republic”, begitulah kata sambutan saat menjejakkan kaki di Pulau Nami yang terletak di Chuncheon-si, Provinsi Gwangwon-do, Korsel. Dari Seoul, pulau mungil ini bisa ditempuh selama 1,5 jam sampai tiba di Dermaga Gapyeong. Perjalanan lalu disambung dengan kapal feri, menyeberangi Sungai Han selama 10 menit. Kapal ferinya sangat unik, dihiasi bendera-bendera negara di dunia yang berkibar-kibar aneka warna, cocok dengan slogannya, “Di Naminara (Republik Negara Nami), kita semua bersaudara.”  Memang mulai dari loket pembelian tiket yang bertuliskan “Imigrasi” hingga sistem pulau ini yang bagai sebuah negara, yang dengan hangat menerima semua budaya dan wisatawan dari seluruh penjuru dunia.
Nama Pulau Nami diambil dari Jenderal Nami, pahlawan muda Korea pemberani yang telah menjadi jendral di usia 25 tahun. Makam Jendral Nami terletak di Pulau Nami, lengkap dengan kisah heroiknya. 
Makam Jenderal Nami
Namun kepopuleran Pulau Nami dimulai sejak drama “Winter Sonata” yang dibintangi Kang Jun-sang (Bae Yong-jun) dan Jung Yu-jin (Choi Ji-woo), menggunakan Pulau Nami sebagai lokasi syuting. Drama ini meledak di berbagai negara asia, terutama Jepang, China, Thailand dan Indonesia. Sebuah kisah romantis Kang Jun-sang dan Jung Yu-jin yang penuh tragedi dan penuh liku tapi akhirnya berakhir dengan happy ending saat Jung Yu-jin menemukan kembali cintanya yang 'sempat hilang' itu, setelah sebelumnya hampir saja ia menjadi milik Kim Sang-hyuk,teman masa kecil Yu-jin yang diam-diam juga mencintainya itu.Serial ini benar-benar meraih sukses di banyak negara yang menayangkannya. Winter sonata's side effect ternyata benar-benar hebat.Pulau Nami, yang mungkin sebelumnya hanya dikenal oleh orang-orang Korea selatan sendiri, atau bahkan mungkin hanya orang-orang yang tinggal di kota Chuncheon-si , ternyata akhirnya menjadi buah bibir setelah winter sonata ini. 
Drama Winter Sonata
Korean Tourism Organization (KTO) sendiri tampaknya jeli menangkap penomena tersebut.Dan tahu bagaimana cara 'mengolah' penomena winter sonata di pulau Nami tersebut.Misalnya dengan menata fasilitas dan 'tampilan' Pulau Nami yang lebih dipercantik, ataupun dengan menyelenggarakan berbagai pagelaran seni yang diadakan di Pulau tersebut.Dan sekali lagi menurut mereka, pemerintah benar-benar mendukung langkah-langkah tersebut.Itu mungkin yang akan melegakan orang-orang yang berniat berkunjung ke pulau ini, karena itu artinya mereka akan menemukan berbagai 'kemudahan' sebagai kompensasi dari keinginan Korean Tourism Organization untuk menambah volume kunjungan wisatawan yang setelah demam winter sonata ini rata-rata per tahun kunjungan wisatawan ke Pulau ini meningkat menjadi 1,6 juta wisatawan dari yang sebelumnya hanya 200.000 wisatawan.
Patung pemeran winter sonata
Walaupun drama ini diproduksi tahun 2002 dan sudah tidak tayang lagi di televisi, namun kepopulerannya mengantarkan Nami menjadi salah satu tujuan wisata di Korea Selatan yang paling ramai, berkat kepiawaian pemerintah Korsel yang menggarap industri pariwisata. Kunjungan turis di Nami dulu hanya berkisar 200.000 per tahun. Sejak demam Winter Sonata hingga kini, kunjungan wisata di Nami melonjak 1,6 juta per tahun, 200.000 orang di antaranya turis mancanegara. Pihak pengelola juga mempertahankan minat turis dengan rajin menyelenggarakan berbagai pergelaran seni di Nami. 
Kala musim gugur datang, pulau ini memang sungguh romantis. Daun-daun di pepohonan yang berbaris lurus beralih warna menjadi kuning, coklat, dan merah, benar-benar bagaikan sebuah lukisan.  Di berbagai sudut pulau ini dihiasi foto-foto berisi beragam adegan dalam sinetron itu. Bahkan, dipasang juga patung Bae Yong-jun atau Choi Ji-woo, yang menjadi lokasi motret para turis yang narsis.
Musim gugur Nami yang menawan
Di jalan-jalan terdapat air mancur buatan dan deretan pohon-pohon cantik yang ditanam berdasarkan temanya. Ada “Jalan Cemara” yang indah di musim dingin, “Jalan Gingko” yang indah di musim gugur, dan “Jalan Sakura” yang indah di musim semi. Ada juga “Jalan Metasequoia” yang sering dijadikan lokasi foto oleh para turis yang datang. Tidak heran jika banyak pasangan yang sedah jatuh cinta datang kemari.
Salah satu lokasi shoting favorite
Satu lokasi terkenal, yaitu jalan panjang berpasir di tepi danau yang dinaungi pohon-pohon birch. Di situlah adegan pasangan Jun-sang mengendarai sepeda sambil memboncengkan Yu-jin, yang merentangkan kedua tangannya sembari memejamkan mata menikmati momen.
Salah satu ciri pulau seluas 460-ribu meter persegi dan diameter 5 kilometer ini adalah karya seninya. Mulai dari patung hingga arsitekturnya terbuat dari barang-barang bekas yang didaur-ulang, sesuai dengan moto pulau ini, yaitu “Budaya, Alam, dan Pemeliharaan Lingkungan Hidup.” Disini juga terdapat beberapa ruang pameran seperti “Anjungan Musik,” “Studio Seni Kerajinan Tangan,” dan “Loka Karya Daur Ulang,” dimana para turis dapat menikmati berbagai pengalaman seperti mendengarkan musik di live café, membuat karya seni dari barang bekas dan sebagainya.
So…. bagaimana dengan Negara kita?? saya tidak tahu, apakah ada produser di Indonesia yang ingin ikut 'mendapatkan untung' dengan menciptakan 'Winter sonata' versi indonesia,misalnya.  Saya yakin bahwa Pariwisata Indonesia bisa lebih maju apalagi Indonesia punya banyak Pulau Alami yang lebih bagus dan alamnya sangat kaya sekali :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar